GADIS TERHINA JADI NYONYA
Aku
gak berani natap mata bang Uki. Aku ngerasa tatapannya aneh. Malah
sekarang nunduk sambil meremas jari. Kaki pun ikut gemetaran, lemas
juga. Lidahku jadi kaku, gak tahu harus ngomong apa.
Yang pasti bingung campur malu. Jadi, sampai beberapa waktu, cuma bisa
diam membisu. "Lily pikirkan saja dulu, besok saya
tunggu jawabannya. Jangan terlalu lama berpikir sebab waktumu untuk
kembali tinggal di sana sebentar lagi." Besok? Cepat
amat ngasih waktu berpikirnya. Ini'kan bukan perkara main-main. Nikah,
loh, nikah. Sama orang yang baru kenal sebulan. Mana preman lagi. Duh, gimana, ya? Setelah
mengatakan hal tersebut, bang Uki pergi. Meski punggungnya tak terlihat
lagi, aku tetap mengarahkan pandangan ke jalan raya. Bukan melihat laju
kendaraan, tapi tatapan jauh menembus batas badan jalan. "Lily,
bener 'kan bang Uki naksir kamu! Terima aja lamarannya. Kasih syarat
dia harus mau berubah, gitu!" ucap mba Kartina yang sekarang sudah
berdiri di dekatku…